Jumat, 18 April 2014

AIR TERJUN ABADI MADAKARIPURA

Pesona Alam Berbalut Legenda Gadjah Mada

 

AIR Terjun Madakaripura acapkali dikenal sebagai tempat bertapa selama akhir hayat Mahapatih Gadjah Mada ini merupakan salah satu surga tersembunyi di kaki Gunung Tengger. Pesona keindahan air terjun tertinggi se-Jawa dan kedua se-Indonesia ini tidak akan kalah menawan dengan objek lainnya yang juga berada di kawasan tersebut yaitu keindahan Gunung Bromo dan kemegahan puncak tertinggi di Jawa Gunung Semeru.
Salah satu wisata alam ini masuk dalam  kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, tepatnya berlokasi di Desa Sapih, Lumbang, Probolinggo Jawa Timur atau sekitar 3 jam dari Surabaya dengan kendaraan. Selain keindahannya, air terjun setinggi 200 meter ini konon merupakan area meditasi paling akhir Gadjah Mada dari Kerajaan Majapahit yang populer dengan sumpah palapanya.
Air terjun yang menjulang tinggi ini dijuluki air terjun abadi dikarenakan sejak jaman dahulu  selalu mencurahkan tirai air halus seperti hujan. Lokasi air terjun menawan ini tersembunyi di ujung lembah yang berada didalam di kaki Gunung Tengger. Untuk dapat menyaksikan air terjun nan spektakuler ini diperlukan waktu jalan kaki sekitar 20 menit menyeberangi sungai, jalan setapak dan jalur berbatu untuk mencapai lokasi air terjun.
Nama Madakaripura konon terkait erat dengan sejarah panjang Kerajaan Majapahit dengan kejayaan pemerintahan Hayam Wuruk yang memiliki Mahapatih Gadjah Mada. Madakaripura berasal dari kata Mada Kari Pura yang memiliki arti sebagai 'Tempat Tinggal Terakhir' dimana nama ini disematkan dari kepercayaan masyarakat sekitar yang mengatakan disinilah Gadjah Mada melewati masa akhir hidupnya.
Sebelum mencapai air terjun tersebut, terlebih dahulu pengunjung akan disambut oleh patung besar Mahapatih Gadjah Mada dengan posisi duduk bermeditasi seakan menyambut dan menyapa setiap pengunjung di pintu masuk area air terjun. Pengunjung tidak dikenai biaya masuk, hanya saja warga sekitar lokasi wisata tersebut pasti akan menawarkan jasanya untuk memandu wisatawan guna mencapai tujuan utama.
Tidak perlu khawatir, para pemandu lokal ini tidak memberikan patokan harga atas jasanya alias seikhlasnya wisatawan memberi atau berdasarkan kesepakatan sebelumnya dan mereka tidak membatasi jumlah pesertanya. Usai memilih pemandu asal Desa Sapih yang bernama Slamet, saya beserta teman-teman melanjutkan perjalanan menuju air terjun legenda tersebut dengan berjalan kaki. Meskipun cukup jauh suguhan panorama yang hijau indah di kanan kiri jalur menuju  air terjun adalah hiburan tersendiri yang bisa melenyapkan rasa capek.
Sepanjang perjalanan, Slamet menceritakan kisah pertamaan Gadjah Mada menurut versi nenek moyangnya. Dia mengatakan konon salah satu orang sakti dan penting  Majapahit yang tidak lain adalah Gadjah Mada tengah melakukan pengembaraan dan akhirnya tiba di Madakaripura. Madakaripura dipilihnya sebagai tempat bertapa karena menurut keyakinannya, disini bukan tempat sembarangan. Hal ini terbukti dimana Gadjah Mada memperoleh kesaktian dan kepercayaan diri yang kuat dalam mempersatukan tanah nusantara. Mahapatih Gajah Mada juga menghabiskan akhir hayatnyadi Madakaripura.
"Ada yang bilang Gadjah Mada bersemedi hingga akhir meninggal disini. Yang pasti disini merupakan area penting, bersejarah dan sakral yang dibalut dengan keindahan alamnya," kata Pak Slamet.
Tidak terasa asyik mendengarkan cerita Pak Slamet, ternyata saya sudah hamipr mendekati air terjun tersebut. Disini pengujung akan dimanjakan dengan berbagai penjaja gorengan dan minuman yang berjajar rapi, cocok untuk sekedar melepas letih setelah berjalan setidaknya 800 meter dari lokasi pintu masuk patung Gadjah Mada atau parkir kendaraan. Selain itu, penyedia jasa payung dan plastik juga tidak kalah heboh menarik perhatian pengunjung untuk meyewa payungnya atapun membeli plastik agar terlindung  dari air.
Apabila tidak ingin basah atau terhindar dari guyuran air terjun, pengujung disarankan menyewa payung yang dibanderol Rp 3000 prer payung ataupun melindungi barang-barang berharga agartidak terkena air dengan membeli kantong plastik yang dijual seharga Rp 1000 untuk kantong. Setelah menyewa payung dan membeli kantong plastik, perjalanan masih berlanjut menuju sebuah lembah berupa layaknya tabung di mana terdapat air terjun berketinggian 200 meter berada.
Air terjun ini terlihat gagah menjulang yang dkelilingi tembok berupa tebing batu yang tinggi. Debit air terjun Madakaripura yang jatuh memukau siapapun yang melihatnya, inilah gunanya payung untuk melindungi tubuh pengjung dari derasnya air terjun kecuali ingin berbasah-basahan. Pesona cahaya matahari yang menyoroti lumut hijau basah di dinding berbatu dibarengi nada gemuruh air bisa dikatan merupakan suatu keindahan yang mustahil ditemukan di tempat lainnya.
Setelah puas dan berfoto sambil menikmati keindahan air terjun ini, dijamin pengjung akan berdecak kagum serta puas meskipun sekujur tubuh cukup basah meskipun memakai payung. Disarankan bagi yang mengunjungi air terjun cantik ini untuk membawa baju ganti atau jas hujan serta memakai alas kaki yang nyaman, sebab jalur yang dilalui adalah medan yang licin. Nah selamat berwisata dan berpetualang. (Fira Nurfiani)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar